Jenis Buku
Label:
Kahlil Gibran,
Kumpulan Puisi
Penulis: Kahlil Gibran
Penerbit: Liris
Tebal: ix + 235 halaman
Ukuran: 13,5 x 19,5
ISBN/BAN: 978-602-98953-5-3
Harga: 35.000
Harga: 35.000
Ringkasan: Inisiasi, pernikahan dan kematian. Pemuda lajang yang
tinggal di west 10th Street 51 New York itu selalu terobsesi dengan ketiganya.
Sofa, tirai berwarna lembut gading, sebuah meja kecil, dan dinding yang penuh
dengan lukisan-lukisannya sendiri yang beraroma sephia melengkapi
"pertapaannya".
Hampir 20 tahun Kahlil Gibran menempati ruang yang nyaris tak memungkinkan dia untuk hidup "sehat". Tubuhnya yang rapuh, tangan dengan jari-jari yang lentik mirip jari perempuan, dan wajah yang selalu pucat, menandakan dia hampir tak pernah lewat dari musim salesma.
Teman-temannya selalu menyebut kehidupan Gibran sebagai kehidupan yang merana. Sosok melancholia yang selalu berdampiangan dengan kesedihan--yang selalu ia ciptakan dan nikmati--sendiri.
Puisi-puisi cinta Gibran adalah cermin diri seorang melankolik. Sosok yang selalu berupaya menatap dunia dengan mesra, membiarkan wajahnya selalu dibelai angin malam yang basah, sambil mengenang impian yang selalu lewat.
Gibran selalu menampilkan sisi lembut jiwa manusia, meski ungkapannya sendiri--dibalik kelembutan sayap-sayap cinta, selalu ada pedang tajam...
Hampir 20 tahun Kahlil Gibran menempati ruang yang nyaris tak memungkinkan dia untuk hidup "sehat". Tubuhnya yang rapuh, tangan dengan jari-jari yang lentik mirip jari perempuan, dan wajah yang selalu pucat, menandakan dia hampir tak pernah lewat dari musim salesma.
Teman-temannya selalu menyebut kehidupan Gibran sebagai kehidupan yang merana. Sosok melancholia yang selalu berdampiangan dengan kesedihan--yang selalu ia ciptakan dan nikmati--sendiri.
Puisi-puisi cinta Gibran adalah cermin diri seorang melankolik. Sosok yang selalu berupaya menatap dunia dengan mesra, membiarkan wajahnya selalu dibelai angin malam yang basah, sambil mengenang impian yang selalu lewat.
Gibran selalu menampilkan sisi lembut jiwa manusia, meski ungkapannya sendiri--dibalik kelembutan sayap-sayap cinta, selalu ada pedang tajam...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar